BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi.
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al., 1975). Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dibuatnya makalah ini yaitu untuk lebih memahami mengenai potensi dan prospek tanaman pangan khususnya holtikultura buah sebagai bahan pangan (food), pakan (feed) dan bahan bakar (fuel).
III. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini dibuat dengan rumusan masalah yaitu :
A. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PANGAN
1. Sukun
2. Pisang
B. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PAKAN
A. Markisa
B. Nanas
C. Pisang
C. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI BAHAN BAKAR
A. Pisang
BAB II
PEMBAHASAN
I. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PANGAN
A. Sukun
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : A. altilis
Berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya, buah sukun dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Dengan beberapa cara pengolahan, buah sukun dapat digunakan untuk menunjang ketahanan pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya yang tidak mudah dan cepat dinilai keberhasilannya.
Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal.
Sukun di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat kripik. Di Maluku, buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti. Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah.
Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain seperti pembuatan tepung sukun dan pati sukun.
Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi tentang komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha menganekaragamkan makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang makanan pokoknya beras.
Perilaku konsumsi pangan yang sudah terpola pada masyarakat Indonesia tidaklah mudah diubah begitu saja. Usaha-usaha yang selama ini telah dilakukan untuk menganekaragamkan makanan, khususnya dalam rangka mengurangi ketergantungan akan beras masih belum cukup. Sosialisasi dan pengenalan berbagai jenis pangan olahan perlu dilakukan secara terus menerus.
B. Pisang
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat.
1. Bonggol pisang untuk obat dan makanan
Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan lalapan
2. Cuka Kulit Pisang
Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti).
Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples. Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5 kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir.
Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung selama tiga minggu.
Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka pisang.
3. Roti dari Kulit Pisang
Kulit pisang kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Namun setelah diteliti terbukti kulit pisang memang tak bisa dianggap barang remeh. Karena ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Dari kulitnya ini lah dibuat roti. Hal ini merupakan hal baru setelah sebelumnya pembuatan roti menggunakan kulit nangka.
4. Dendeng Jantung Pisang
Tanaman pisang tumbuh baik dan dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam dan hampir setiap rumah di pedesaan memiliki pohon pisang ini.
Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan. Tak ada ruginya menanam pohon ini. Apalagi, seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol pohonnya.
Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang.
Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.
Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai halus.
Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung pisang yang telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.
5. Keripik Bonggol Pisang
Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang, natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya.
Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.
Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap.
Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik.
II. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PAKAN
Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu ,
1. Tersedia tidaknya produk sampingan, limbah atau hasil sisa baik yang berasal dari tanaman itu sendiri, maupun dari proses pengolahan hasil utamanya
2. Tersedia tidaknya lahan bagi pengembangan hijauan pakan tanpa mengorbankan produksi tanaman hortikultura
Oleh karena itu, dalam merencanakan pengembangan sistem integrasi ini perlu diidentifikasi jenis tanaman hortikultura ber dasarkan kriteria tersebut diatas.
A. Markisa
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Ordo : Malpighiales
Famili : Passifloraceae
Genus : Passiflora
Spesies : P. edulis
Sebagai sumber bahan baku pakan potensi tanaman markisa terdapat pada produk limbah yang dihasilkan dari proses pengola han buah markisa untuk menghasilkan sari markisa. Secara nasional terdapat potensi produksi buah segar sebesar 99.000 tahun , dan seba gian terbesar (99%) dihasilkan oleh tiga wilayah penghasil utama. Kontribusi terbesar disumbang oleh Provinsi Sumatera Barat (53%) diikut i oleh Provinsi Sulawesi Selatan (24%) dan Provinsi Sumatera Utara (23%). Usaha produksi markisa diperkirakan masih akan meningkat pada tahun mendatang dan dipr ediksi akan mencapai 112.000 ton pada tahun 2009.
Untuk menghasilkan bahan baku pakan dari buah markisa diperlukan adanya industri yang mengolah buah markisa untuk menghasilkan produk utama berupa sari markisa. Produk limbah hasil pengolah an buah markisa relatif tinggi yaitu mencapai 60% dari berat buah dengan komposisi sekitar 45% merupakan kulit buah dan 15% adalah biji. Berdasarkan komposisi produk tersebut dapat diprediksi potensi limbah yang dap at dihasilka n dari proses pen golahannya. Potensi produksi ini selanjutnya dapat dikonverika n kedalam bahan kering dengan menggunakan tingkat kandungan air sebesar berturut-turut 33% dan 25% pada kulit buah markisa dan biji markisa.
Dari aspek nutrisi, kulit buah markisa mengandung bahan organik, energi tercerna, dan protein kasar sebesar berturut-turut 76%, 2809 Kkal/kg dan 18,1%, sedangkan biji markisa mengandung 84% bahan organik, 3026 Kkal/kg en ergi tercerna dan 20,1% protein kasar. Hal ini secara jelas mengindikasikan poten si sebagai sumber energi dan protein bagi ternak ruminansia.
Proses pengolahan buah markisa untuk menghasilkan pakan ternak pada dasarnya hanya membutuhkan prosed ur dan teknologi yang relative sederhana. Ada tiga prosedur yang telah diterapkan yaitu proses pengeringan, penggilingan dan pencampuran (blending). Selain itu, untuk meningkatkan mutu nutrisi, terutama kulit buah markisa dapat pula dikombinasikan dengan proses fermentasi sebelum di blending.
Proses pengeringan merupakan fa ktor kritis u ntuk kulit buah dan biji markisa, karena kandungan air yan g relatif tinggi saat di hasilkan dari pabrik yaitu berkisar antara 25-33%. Pengeringan h arus segera dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan (pelapukan) yang akan mengakibatkan rendahnya palatabilitas bahan bila diberikan kepada ternak. Pengalaman empiris menunjukan b ahwa pengeringan menggunakan energi matahari membutuhk an waktu sekitar 2-4 hari untuk mendapatkan ba han dengan kadar air sekitar 1 0-12% denan biaya (tenaga kerja) a ntara Rp 10,0–Rp.15,0 per kg bahan kering. Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu ketergantungan kepada cua c a yang sering sulit dip rediksi. Cua c a yang tid ak kondusif akan membutuhk an waktu pengeringan lebih lama dengan kon sekuensi meningkatnya jumlah kerusakan ba han serta biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk p engolahan dalam skala industri penggunaan alat pengering yang menggunakan bahan ba kar lain (so lar, listrik) menjadi altern atif. Proses pen ggilingan membutuhk an mesin penggiling agar efisien. Ukuran partikel hasil pen ggilingan dapat dimodifikasi se suai dengan kebutuan.
Untuk bahan kulit buah markisa ukuran partikel hasil gilinga n dapat bervariasi dari bentuk tepung ( diameter saringan 1-1, 5 mm atau bentuk remahan (diameter saringan sekitar 5mm). Apabila penggunaan kulit buah ma rkisa diperuntukan bagi pembuatan konsentrat atau pakan komplit dalam bentuk pelet sebaiknya proses penggiling an diarahka n untuk menghasilkan bentuk tepung agar mendapatkan kond isi pelet yang baik. Namun, apabila penggunaannya untuk pakan komplit dalam bentuk mesh, maka disarankan dalam bentuk remaha n, karena proses ini relatif lebih murah. Proses penggilingan biji markisa me mbutuhkan bahan lain seba gai bahan pengisi (filler) yang tujuannya adalah untuk menyerap minyak (lemak) yang kelu ar dari endosperm biji saat digiling, sehingg a alat penggiling dapat berfungsi se caranormal. Dari pengalam an diperole h rasio biji / f iller yang optimal ber kisara antara 1/5-7.
Proses fe rmentasi menggunakan Aspergillus niger setelah penggilingan telah dicoba dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kulit buah markisa. Akan tetapi, walaupun proses ini mampu meningkatkan kandungan protein kasar, namun tidak men ghasilkan respon yang lebih baik pada kambing dibandingkan dengan tanpa fermentasi.
B. Nanas
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Bromeliaceae
Upafamili : Bromelioideae
Genus : Ananas
Spesies : A. comosus
Produksi buah nenas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan sebagian besar disumbang oleh lima wilayah utama penghasil nenas (Tab el 4). Pot ensi tanaman nenas sebagai sumber pakan ternak dimungkinkan, apabila terdapat industri yang a kan mengolahan buah nenas menjadi produk hasil olahan seperti sari nenas. Tingkat rendemen sekitar 15%, atau dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah se besar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi tan aman nenas digunakan untuk memenuh i kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara pote nsi terdapat sekitar 596 ribu ton pe r tahun limbah segar n enas yang dapa t dimanfaatkan seba gai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversika n kedalam bahan kering dengan kadar air 24 %, maka te rdapat potensi seb esar 143 rib u ton per ta hun limbah nenas kering.
Teknologi p engolahan limbah nenas untuk men ghasilkan b ahan pakan ternak pada dasarnya serupa dengan pengolahan markisa seperti sebelumnya dipaparkan Limbahnenas mengandung air d alam jumlah besar, sehingga membutuhkan pengeringan secar a intensif dan cepat untuk menghindari kerusakan bahan. Namun, limbah nenas da pat pula diproses menggunakan teknologi fermentasi untuk menghasilkan pro duk silase limbah nenas. Hal ini dimungkinkan karena kandungan air sebesar 75% sesuai bagi proses pembuatan silase (McDONALD, 1981).Teknologi in i dapat mengatasi masalah cepatnya limbah men galami kerusakan apabila tidak segera dikeringkan. Dengan demikian pengolahan limbah menj adi silase dapat menghindari proses pen ggilingan maupun pengeringan, kar ena silase limbah dapat langsung digunakan sebagai pakan dasar. Hal ini dengan sendirinya berpotensi untuk mengurangi biaya pengolah an secara signifikan, walaupun untuk mengolah limbah kedalam b entuk silase juga me mbutuhkan biaya, antara lain untuk pembuatan silo dan bahan aditif. Diperlukan analisis efisiensi ekonomis untuk mengetahui proses pengolahan yang paling optimal dalam memanfaatakn limbah nena s tersebut yang hasilnya akan ditentukan oleh skala produksi.
Limbah nenas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%), sedangkan protein kasar termasuk rendah yaitu hanya 3,5%. Oleh karena itu, potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konse ntrat, namun lebih sebagai pakan dasa r penyusun ransum. Li mbah nena s yang telah diker ingkan dapat digunakan langsung sebagai pakan dasar, sedangkan bila digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus digiling terlebih dahulu. Sebagai pakan dasa r, limbah nenas diharapakan dapat meminimalisisr ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak.
C. Pisang
Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut.
III. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI BAHAN BAKAR
A. Pisang
Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.
Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan jam tersebut bisa hidup normal seperti dihubungkan pakai batu batterai
Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN
Buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid.
Berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya, buah sukun dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Banyak bagian dari tanaman pisang ini yang memiliki potensi sebagai bahan pangan. Diantaranya bonggol pisang untuk obat dan makanan, cuka dari kulit pisang, roti dari kulit pisang, dendeng jantung pisang dan keripik bonggol pisang.
Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu ,
1. Tersedia tidaknya produk sampingan, limbah atau hasil sisa baik yang berasal dari tanaman itu sendiri, maupun dari proses pengolahan hasil utamanya
2. Tersedia tidaknya lahan bagi pengembangan hijaua n pakan tanpa mengorbankan produksi tanaman hortikultura
Tanaman holtikultura yang bias dijadikan pakan diantaraya adalah limbah markisa, limbah nanas dan kulit pisang.
Untuk menghasilkan bahan baku pakan dari buah markisa diperlukan adanya industri yang mengolah buah markisa untuk menghasilkan produk utama berupa sari markisa. Proses pengolahan buah markisa untuk menghasilkan pakan ternak pada dasarnya hanya membutuhkan prosedur dan teknologi yang relative sederhana. Ada tiga prosedur yang telah diterapkan yaitu proses pengeringan, penggilingan dan pencampuran (blending). Selain itu, untuk meningkatkan mutu nutrisi, terutama kulit buah ma rkisa dapat pula dikombinasikan dengan proses fermentasi sebelum di blending.
Produksi buah nenas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan secara potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah segar nenas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversikan kedalam bahan kering dengan kadar air 24 %, maka terdapat potensi sebesar 143 ribu ton pertahun limbah nenas kering.
Teknologi pengolahan limbah nenas untuk menghasilkan bahan pakan ternak pada dasarnya serupa dengan pengolahan markisa. Sebagai pakan dasar, limbah nenas diharapakan dapat meminimalisisr ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak.
Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut.
Bagian tanaman pisang lainnya adalah kulit pisang yang ternyata bisa dijadikan pengganti batu batterai melalui tahapan tahapan pengolahan. Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan.
Study as if you were going to live forever, live as if you were going to die tomorrow -Maria Mitchell
Tuesday, January 24, 2012
Wilayah Malang sebagai Produsen Buah-Buahan
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Malang adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Timur. Banyak wisatawan asing yang menjuluki kota Malang sebagai “ the most attractive city in Java” yang artinya kota yang paling menarik di Jawa. Kotanya, hawa udaranya, penduduknya dan lain sebagainya yang membuat banyak orang tertarik akan kota ini.
Sejak dulu kala Malang terkenal sebagai daerah penghasil produk-produk perkebunan yang unggul seperti kopi, teh,buah-buahan, sayur mayur, bunga dan lain lain.
Perkebunan dan daerah Malang terpacu perkembangannya semenjak tahun 1870, setelah keluarnya undang-undang pemerintah kolonial Belanda yang mengatur perkebunan tebu dan pertanian.
Selain itu juga ada berbagai macam hasil industri rakyat dan kerajinan seperti : produk-produk rotan, genting, bata, gerabah, terakota dan keramik, meubel, batik, industri rokok rakyat, berbagai makanan seperti keripik tempe
II. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai segala hal yang menjadikan Malang sebagai salah satu wilayah produsen buah-buahan.
III. RUMUSAN MASALAH
Kota Malang terletak 90 km dari Surabaya, disisi selatan Jawa Timur. Kota kedua terbesar di Jawa Timur ini punya banyak hal yang menarik, selain nyaman dan memadai untuk hunian, juga ada banyak hal yang bisa membuat wisatawan menikmati kota ini.
Komoditi alamnya sendiri menjadi salah satu daya tarik bagi Kota Malang. Malang dikenal sebagai salah satu wilayah produsen buah-buahan. Salah satunya adalah buah apel. Buah apel menjadi salah satu buah yang identik dengan Kota Malang. Walaupun sebenarnya bukan hanya apel yang dihasilkan dari wilayah Malang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Kondisi Kota Malang
A. Kondisi Geografis
Terletak pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :
1. Gunung Arjuno di sebelah Utara
2. Gunung Semeru di sebelah Timur
3. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat
4. Gunung Kelud di sebelah Selatan
B. Iklim
Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,2 °C - 24,5 °C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 °C dan suhu minimum 17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember curah hujan relatif rendah.
C. Keadaan Geologi
Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :
1. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri
2. Bagian utara merupakan dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur
4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan
II. Komoditas Buah yang Dihasilkan oleh Kota Malang
A. Apel
1. Sejarah
Kota Batu, Malang, Jawa Timur dan apel seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Alkisah, tanaman buah segar ini semula hanya berupa tanaman liar yang hidup di halaman rumah para meneer Belanda. Pada masa itu, warga Belanda yang tinggal di Batu sudah mengkonsumsi apel yang khusus didatangkan dari negara lain.
Tanaman apel liar ini berasal dari biji apel yang dibuang begitu saja. Karena bentuk batang pohon yang sebesar jari kelingking, serta buahnya sebesar buah kelereng yang tidak enak dimakan, maka keberadaannya tidak dianggap.
Sekitar tahun 1930-an datanglah seorang petani dan petualang asal Belanda, Tuan Kreben ke Malang, membawa benih apel dari kampung halamannya. Dia lah yang pertama kali menanam apel di daerah Nokojajar, Malang. Bukan di Batu atau Kecamatan Poncokusumo, sentra produksi apel Malang saat ini.
Muhammad Irwan dari Forum Komunikasi Petani Muda Poncokusumo mengatakan, masa keemasan apel di Poncokusumo dan Batu dimulai pada 1970-an. Petani yang semula menanam kopi berbondong-bondong beralih menjadi petani apel.
Masa keemasan apel juga dialami petani Poncokusumo lainya, Suratmadi. Sekitar tahun 80-an, biaya perawatan apel sangat murah. Suratmadi hanya mengeluarkan tiga juta rupiah untuk merawat 200 pohon. Hasil bersih yang diterima diatas 15 juta rupiah. Itu baru hasil sekali panen, sementara para petani bisa memanen dua kali setahun.
Keuntungan yang diberikan apel juga dirasakan petani di kota Batu yang berjarak 15 km sebelah barat Kota Malang.
2. Syarat tumbuh apel
a. Iklim
i. Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
ii. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
iii. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
iv. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
b. Media Tanam
i. Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
ii. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
iii. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
iv. Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
v. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. Dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
3. Bahan olahan dari apel
Dari apel produksi Kota Malang dapat dibuat berbagai macam bahan olahan apel, yaitu diantaranya keripik apel, selai apel, sari apel, Sirup apel, manisan apel, dodol apel, jenang apel, dan jelly apel.
B. Jeruk
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
ii. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
iii. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
iv. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
v. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
b. Media Tanam
i. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
ii. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
iii. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
iv. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
v. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.
c. Ketinggian Tempat
i. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
ii. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
iii. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
iv. Jenis Siem: 1–700 m dpl.
v. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
vi. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
vii. Jenis Purut: 1–400 m dpl.
C. Nangka
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Angin berperan dalam membantu penyerbukan bunga pada tanaman nangka.
ii. Pohon nangka cocok tumbuh di daerah yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan.
iii. Sinar matahari sangat diperlukan nangka untuk memacu fotosintesa dan pertumbuhan, karena pohon ini termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya.
iv. Rata-rata suhu udara minimum 16-21 derajat C dan suhu udara maksimum 31- 31,5 derajat C.
v. Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan.
b. Media Tanam
i. Pohon nangka dipelihara di berbagai tipe tanah, tetapi lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik.
ii. Umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Pohon ini hidup pada tanah tandus sampai subur dengan kondisi reaksi tanah asam sampai alkalis. Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini dapat tumbuh dan menghasilkan buah.
iii. Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang optimum pH 6–7.
iv. Kedalaman air tanah yang cocok bagi pertumbuhan nangka adalah 1-2 m atau antara 1-2.5 m. Karena perakarannya sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yang cukup teball lapisan atasnya (kira-kira 1 m).
c. Ketinggian Tempat
Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl.
D. Rambutan
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
ii. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun
iii. Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit sampai tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan.
iv. Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kempes).
v. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman rambutan.
b. Media Tanam
i. Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
ii. Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
iii. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
iv. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.
c. Ketinggian Tempat
Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30- 500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya.
E. Belimbing
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
ii. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
iii. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).
iv. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
b. Media Tanam
i. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.
ii. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
iii. Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
F. Salak
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
ii. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
iii. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.
a. Media Tanam
i. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5.
ii. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi.
iii. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
b. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.
G. Durian
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.
ii. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi.
iii. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30oC. Pada suhu 15oC durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35o C daun akan terbakar.
b. Media Tanam
i. Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga mudah membentuk remah.
ii. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi.
iii. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
iv. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata.
H. Pisang
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
ii. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
iii. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
a. Media Tanam
i. Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
ii. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
b. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.
BAB III
KESIMPULAN
Malang terletak didataran tinggi, lebih dari 400 meter diatas permukaan laut. Malang memiliki suhu temperatur yang sejuk yaitu antara 18-22o C. Dataran tinggi yang subur secara alami menjadikan daerah ini mudah ditumbuhi pohon-pohon hijau dengan aneka bunga warna-warni yang menawan serta buah-buahan. Salah satu buah yang terkenal dan identik dengan kota Malang adalah buah apel.
Malang memiliki hawa segar pegunungan karena dikelilingi oleh empat gunung berapi, yaitu Gunung Arjuna, Kawi, Semeru, dan Tengger. Selain itu, Malang juga merupakan daerah perbukitan yang dilewati tiga sungai besar yakni Brantas, Amprong dan Bango.
Karena kondisi geogarafisnya ini, Malang menjadi wilayah produsen buah-buahan. Terutama buah apel, nangka, pisang, jeruk, rambutan dan belimbing. Syarat-syarat tumbuh buah tersebut terpenuhi oleh keadaan geografis, serta iklim di Kota Malang. Olehh karena itu Malang cocok untuk menjadi tempat tumbuhnya buah-buahan dan itu berarti menjawab pertanyaan mengapa Malang menjadi salah satu wilayah produsen buah-buahan.
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Malang adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Timur. Banyak wisatawan asing yang menjuluki kota Malang sebagai “ the most attractive city in Java” yang artinya kota yang paling menarik di Jawa. Kotanya, hawa udaranya, penduduknya dan lain sebagainya yang membuat banyak orang tertarik akan kota ini.
Sejak dulu kala Malang terkenal sebagai daerah penghasil produk-produk perkebunan yang unggul seperti kopi, teh,buah-buahan, sayur mayur, bunga dan lain lain.
Perkebunan dan daerah Malang terpacu perkembangannya semenjak tahun 1870, setelah keluarnya undang-undang pemerintah kolonial Belanda yang mengatur perkebunan tebu dan pertanian.
Selain itu juga ada berbagai macam hasil industri rakyat dan kerajinan seperti : produk-produk rotan, genting, bata, gerabah, terakota dan keramik, meubel, batik, industri rokok rakyat, berbagai makanan seperti keripik tempe
II. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai segala hal yang menjadikan Malang sebagai salah satu wilayah produsen buah-buahan.
III. RUMUSAN MASALAH
Kota Malang terletak 90 km dari Surabaya, disisi selatan Jawa Timur. Kota kedua terbesar di Jawa Timur ini punya banyak hal yang menarik, selain nyaman dan memadai untuk hunian, juga ada banyak hal yang bisa membuat wisatawan menikmati kota ini.
Komoditi alamnya sendiri menjadi salah satu daya tarik bagi Kota Malang. Malang dikenal sebagai salah satu wilayah produsen buah-buahan. Salah satunya adalah buah apel. Buah apel menjadi salah satu buah yang identik dengan Kota Malang. Walaupun sebenarnya bukan hanya apel yang dihasilkan dari wilayah Malang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Kondisi Kota Malang
A. Kondisi Geografis
Terletak pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :
1. Gunung Arjuno di sebelah Utara
2. Gunung Semeru di sebelah Timur
3. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat
4. Gunung Kelud di sebelah Selatan
B. Iklim
Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,2 °C - 24,5 °C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 °C dan suhu minimum 17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember curah hujan relatif rendah.
C. Keadaan Geologi
Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :
1. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri
2. Bagian utara merupakan dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur
4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan
II. Komoditas Buah yang Dihasilkan oleh Kota Malang
A. Apel
1. Sejarah
Kota Batu, Malang, Jawa Timur dan apel seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Alkisah, tanaman buah segar ini semula hanya berupa tanaman liar yang hidup di halaman rumah para meneer Belanda. Pada masa itu, warga Belanda yang tinggal di Batu sudah mengkonsumsi apel yang khusus didatangkan dari negara lain.
Tanaman apel liar ini berasal dari biji apel yang dibuang begitu saja. Karena bentuk batang pohon yang sebesar jari kelingking, serta buahnya sebesar buah kelereng yang tidak enak dimakan, maka keberadaannya tidak dianggap.
Sekitar tahun 1930-an datanglah seorang petani dan petualang asal Belanda, Tuan Kreben ke Malang, membawa benih apel dari kampung halamannya. Dia lah yang pertama kali menanam apel di daerah Nokojajar, Malang. Bukan di Batu atau Kecamatan Poncokusumo, sentra produksi apel Malang saat ini.
Muhammad Irwan dari Forum Komunikasi Petani Muda Poncokusumo mengatakan, masa keemasan apel di Poncokusumo dan Batu dimulai pada 1970-an. Petani yang semula menanam kopi berbondong-bondong beralih menjadi petani apel.
Masa keemasan apel juga dialami petani Poncokusumo lainya, Suratmadi. Sekitar tahun 80-an, biaya perawatan apel sangat murah. Suratmadi hanya mengeluarkan tiga juta rupiah untuk merawat 200 pohon. Hasil bersih yang diterima diatas 15 juta rupiah. Itu baru hasil sekali panen, sementara para petani bisa memanen dua kali setahun.
Keuntungan yang diberikan apel juga dirasakan petani di kota Batu yang berjarak 15 km sebelah barat Kota Malang.
2. Syarat tumbuh apel
a. Iklim
i. Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
ii. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
iii. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
iv. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
b. Media Tanam
i. Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
ii. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
iii. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
iv. Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
v. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. Dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
3. Bahan olahan dari apel
Dari apel produksi Kota Malang dapat dibuat berbagai macam bahan olahan apel, yaitu diantaranya keripik apel, selai apel, sari apel, Sirup apel, manisan apel, dodol apel, jenang apel, dan jelly apel.
B. Jeruk
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
ii. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
iii. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
iv. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
v. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
b. Media Tanam
i. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
ii. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
iii. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
iv. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
v. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.
c. Ketinggian Tempat
i. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
ii. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
iii. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
iv. Jenis Siem: 1–700 m dpl.
v. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
vi. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
vii. Jenis Purut: 1–400 m dpl.
C. Nangka
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Angin berperan dalam membantu penyerbukan bunga pada tanaman nangka.
ii. Pohon nangka cocok tumbuh di daerah yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan.
iii. Sinar matahari sangat diperlukan nangka untuk memacu fotosintesa dan pertumbuhan, karena pohon ini termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya.
iv. Rata-rata suhu udara minimum 16-21 derajat C dan suhu udara maksimum 31- 31,5 derajat C.
v. Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan.
b. Media Tanam
i. Pohon nangka dipelihara di berbagai tipe tanah, tetapi lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik.
ii. Umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Pohon ini hidup pada tanah tandus sampai subur dengan kondisi reaksi tanah asam sampai alkalis. Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini dapat tumbuh dan menghasilkan buah.
iii. Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang optimum pH 6–7.
iv. Kedalaman air tanah yang cocok bagi pertumbuhan nangka adalah 1-2 m atau antara 1-2.5 m. Karena perakarannya sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yang cukup teball lapisan atasnya (kira-kira 1 m).
c. Ketinggian Tempat
Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl.
D. Rambutan
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
ii. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun
iii. Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit sampai tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan.
iv. Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kempes).
v. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman rambutan.
b. Media Tanam
i. Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
ii. Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
iii. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
iv. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.
c. Ketinggian Tempat
Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30- 500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya.
E. Belimbing
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
ii. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
iii. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).
iv. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
b. Media Tanam
i. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.
ii. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
iii. Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
F. Salak
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
ii. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
iii. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.
a. Media Tanam
i. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5.
ii. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi.
iii. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
b. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.
G. Durian
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.
ii. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi.
iii. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30oC. Pada suhu 15oC durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35o C daun akan terbakar.
b. Media Tanam
i. Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga mudah membentuk remah.
ii. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi.
iii. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
iv. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata.
H. Pisang
Syarat Tumbuh
a. Iklim
i. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
ii. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
iii. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
a. Media Tanam
i. Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
ii. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
b. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.
BAB III
KESIMPULAN
Malang terletak didataran tinggi, lebih dari 400 meter diatas permukaan laut. Malang memiliki suhu temperatur yang sejuk yaitu antara 18-22o C. Dataran tinggi yang subur secara alami menjadikan daerah ini mudah ditumbuhi pohon-pohon hijau dengan aneka bunga warna-warni yang menawan serta buah-buahan. Salah satu buah yang terkenal dan identik dengan kota Malang adalah buah apel.
Malang memiliki hawa segar pegunungan karena dikelilingi oleh empat gunung berapi, yaitu Gunung Arjuna, Kawi, Semeru, dan Tengger. Selain itu, Malang juga merupakan daerah perbukitan yang dilewati tiga sungai besar yakni Brantas, Amprong dan Bango.
Karena kondisi geogarafisnya ini, Malang menjadi wilayah produsen buah-buahan. Terutama buah apel, nangka, pisang, jeruk, rambutan dan belimbing. Syarat-syarat tumbuh buah tersebut terpenuhi oleh keadaan geografis, serta iklim di Kota Malang. Olehh karena itu Malang cocok untuk menjadi tempat tumbuhnya buah-buahan dan itu berarti menjawab pertanyaan mengapa Malang menjadi salah satu wilayah produsen buah-buahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)