BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Benih bisa diartikan sebgai organ generatif hasil fertilisasi putik oleh tepung sari yang ditujukan untuk perbanyakan. Seringkali benih disama artikan dengan biji, namun ditinjau dari segi fungsionalnya benih dan biji tidaklah sama. Benih tentu saja seperti pengertian di atas, digunakan untuk perbanyakan. Sedangkan biji tidak digunakan untuk perbanyakan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. (Sutopo, 2004).
Untuk dapat memanfaatkan benih dengan baik kita perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang benih itu sendiri. Bagaimana struktur dan komonen komponen yang terkandung di dalam benih. Selain itu juga perlu diketahui bagaimana proses perkecambahannya sehingga dalam pengaplikasian pemanfaatan kita bias melakukan proses dengan benar dan tentunya memenuhi harapan utnuk dapat menghasilkan produk yang bermutu baik.
II. Maksud dan Tujuan
Maksud dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan pada Mata Kuliah Teknologi Pembenihan I dengan hal-hal yang dibahas yaitu struktur benih, komposisi kimia benih, proses perkecambahan, dan tipe perkecambahan. Makalah ini dibuat tak lain dengan tujuan agar dapat memahami bagaimana proses perkecambahan dan tiprnya, serta mengetahui bagaiman struktur benih serta komposisi kimia benih.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Struktur Benih
1. Kulit benih (testa)
Kulit benih pada umumnya berasal dari integumen ovul yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung.
Pada legum biasanya terdapat dua lapis kulit benih. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis
2. Jaringan cadangan makanan (food reserve)
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu : Kotiledon (kelas dikotiledoneae), Endosperm (kelas monokotiledoneae), Perisperm (fam. Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae), Scutellum (grasses/rumput-rumputan)
Cadangan makanan yang tersimpan pada biji umumnya terdri dari karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Komposisi dan persentasenya berbeda tergantung pada jenis biji.
3. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang perkembangannya sempurna akan teriri dari struktur-struktur, calon pucuk, calon akar, cadangan makanan.
Embrio terdiri dari:
a. plumula (bakal daun)
b. radikula (bakal akar)
c. bakal batang (caulicalus atau hipokotil)
d. koleoptil (pada benih graminae)
II. Komposisi Kimia Benih
Komposisi kimia benih berlainan untuk setiap benih, tetapi secara umum digolongkan :
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan cadangan makanan utama benih, terutama pada tanaman serealia speperti padi, jagung, gandum. Benih berkarbohidrat akan tahan simpan. Karbohidrat yang terkandung dalam benih yaitu amilosa dan amilopektin, yang merupakan zat penting selama perkecambahan. Selain itu, beberapa benih tertentu mengandung hemiselulosa
2. Protein
Protein merupakan cadangan makanan utama leguminosae (kedelai). Berdasarkan keaktifan metabolisme, dikelompokkan atas protein yang aktif secara metabolis ( globulin dan albumin) dan yang non aktif ( glutelin dan prolamin). Berdasarkan kelarutannya protein pada benih digolongkan menjadi :
Albumin : larut dalam air pada kondisi netral atau sedikit asam mudah koagulasi karena panas. Contohnya leucosin (serealia), ricin (padi), legumelin
Globulin : tidak larut dalam air, larut dalam larutan garam relatif lebih sulit terkoagulasi karena panas. Contohnya vignin, glycinin (kedelai), arachin (kc. tanah)
Glutelin : larut dalam air, larutan garam dan etilalkohol. Contohnya glutenin
Prolamin : larut dalam etilalkohol 70 -90% , tidak larut dalam air. Contohnya gliadin (gandum, rye) dan zein (jagung)
3. Lemak
Lemak merupakan Cadangan makanan utama pada benih, misalnya kedelai, kacang tanah, kapas, bunga matahari, wijen dan lain-lain. Benih dengan kandungan lemak tinggi, daya simpan lebih rendah dibanding karbohidrat, terutama asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Asam lemak tak jenuh dalam biji: oleat (1 ikatan ganda) dan linoleat (2 ikatan ganda), asam lemak jenuh palmitat (n=14).
4. Senyawa Lainnya
a. Tanin: umumnya pada kulit benih, menghambat aktivitas enzim. Contohnya benih cacao dan kacang2an
b. Alkaloid: senyawa komplek mengandung N. Contohnya cofein (kopi), nicotin (tembakau), theobromin (cacao)
c. Glukosida: reaksi antara gula dengan ≥ senyawa non-gula, Kristal. Contohnya saponin (biji tung), sangat beracun, amygdalin (almond, plum)
d. Fitin: persediaan P utama dalam benih. Pada serealia fitin terdapat pada lapisan aleuron, sumber P, Mg, dan K
e. Zat pengatur tumbuh
1) giberelin: berperan dalam proses perkecambahan
2) sitokinin: berperan dalam perkecambahan (pertumbuhan dan diferensiasi sel)
3) etilen: menghambat atau mendorong perkecambahan
4) asam absisik: menyebabkan dormansi
f. Vitamin: tanaman swasembada vitamin
1) Thiamin: berperan dalam pembelahan sel (perkembangan akar)
2) Asam askorbat: berperan dalam proses respirasi benih (perkecambahan)
III. Proses Perkecambahan
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. Perkecambahan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, perombakan, translokasi, sintesis, respirasi, dan yang terakhir adalah pertumbuhan.
Beberapa biji segera mengalami perkembangan jika berada di kondisi lingkungan yang sesuai. Namun, beberapa biji yang lain berada dalam masa dormansi. Artinya, biji tersebut tidak tumbuh dan berkembang. Biji berada pada masa dormansi dapat dikarenakan tidak cocoknya kondisi lingkungan yang memungkinkan biji berkecambah.
Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Berakhirnya masa dormansi pada biji ditandai dengan proses imbibisi. Proses ini akan menginduksi aktivitas enzim (biokatalisator yang berperan dalam metabolism) sehingga awal perkecambahan mulai berjalan. Setelah berakhirnya masa dormansi, tahap berikutnya tumbuhan akan melakukan proses perbanyakan sel atau pembelahan sel aktif, namun sel-sel yang dibentuk belum mengalami diferensiasi. Diferensiasi merupakan proses pertambahan jenis dan fungsi sel yang jelas. Setelah itu akan dibentuk organ-organ melalui proses organogenesis. Proses organogenesis berbagai organ yang berbeda bentuk serta berguna untuk melengkapi struktur dan fungsi mahluk hidup disebut perkembangan atau morfogeneis. Apabila daun sudah terbentuk, tumbhan sudah mampu melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis akan menghasilkan energy. Energy ini akan digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
Biji dapat berkecambah karena di dalamnya terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Embrio atau lembaga tumbuhan ini memiliki tiga bagian, yaitu akar lembaga/calon akar (radikula), daun lembaga atau kotiledon, dan batang lembaga atau kaulikulus.
Banyak factor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormone auksin dan hormone ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang.
IV. Tipe Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan terbagi atas :
a. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon sebagai cadangan energy akan melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk membentuk daun. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan tanaman jarak.
b. Perkecambahn Hipogeal
Perkecambahn hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah). Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri (Pisum sativum) dan jagung.
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Benih bisa diartikan sebgai organ generatif hasil fertilisasi putik oleh tepung sari yang ditujukan untuk perbanyakan.
Struktur Benih terbagi atas tiga, yaitu Kulit benih (testa), Jaringan cadangan makanan (food reserve) dan Embrio yang perkembangannya sempurna, akan memiliki plumula (bakal daun), radikula (bakal akar), bakal batang (caulicalus atau hipokotil) dan koleoptil (pada benih graminae).
Di dalam benih terkandung komposisi-komposisi kimia yang menyokong pertumbuhan benih itu sendiri. Komponen kimia tersebut adalah Karbohidrat , Protein, Lemak dan Senyawa Lainnya seperti Tanin, Alkaloid, Glukosida, Fitin, Zat pengatur tumbuh dan Vitamin (untuk tumbuhan swasembada vitamin).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Tipe perkecambahan terdiri atas dua tipe, yaitu tipe epigeal dan hypogeal. Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Perkecambahn hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah). Proses perkecambahan biji terjadi melalui proses-proses:
1. Imbibisi absorbsi air
2. Perombakan metabolism pemecahan materi cadangan makanan
3. Translokasi transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh.
4. Sintesis Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru.
5. Respirasi
6. Pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina Diah, Choirul Muslim, dkk. 2007. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII . Jakarta: Esis
http://id.shvoong.com/books/1928624-perkecambahan/#ixzz1X7fAIvWJ
http://www.scribd.com/doc/57223494/struktur-komposisi-benih
Slide 23500545-PERKECAMBAHAN-BENIH
Slide DASTEKBEN(2) : Struktur dan Komposisi Kimia Benih. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran 2009
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW
Gambar
http://www.seedbilogy.de
http://jxb.oxfordfournals.org
http://pcp.oxfordjournals.org
http://dedeisanimemaniak.blogspot.com
www.google.com
Study as if you were going to live forever, live as if you were going to die tomorrow -Maria Mitchell
Friday, November 11, 2011
Monday, August 1, 2011
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Akses Petani terhadap Lembaga Keuangan
Selama ini, banyak pihak menganggap yang terpenting dalam sektor pertanian adalah masalah teknis untuk meningkatkan hasil panen. Padahal ada banyak aspek lain dalam pertanian yang juga penting dan perlu mendapat perhatian serius. Salah satu aspek itu adalah aspek pembiayaan usaha tani. Pembiayaan usaha tani sendiri tersusun dari banyak komponen seperti pendapatan dari pemasaran produkpertanian, subsidi pemerintah, dan kredit dari lembaga keuangan.
Di Indonesia, aspek pembiayaan usaha tani ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah dan lembaga keuangan formal. Petani masih bergulat dengan pembiayaan usaha taninya. Penyebab mendasar adalah tidak adanya jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas pertanian. Ini memaksa petani—terutama petani skala kecil—terus “berjudi” dengan usaha mereka. Setiap saat mereka harus siap merugi. Bisa karena serangan hama penyakit, harga komoditas pertanian yang jatuh di pasaran, atau tidak terserap pasar karena kualitas buruk.
Lembaga keuangan formal biasanya menganggap sektor pertanian adalah sektor penuh risiko terkait jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas yang tidak stabil. Ketidakpastian usaha akibat serangan hama, harga yang jatuh di pasaran, atau tidak laku di pasar karena kualitas yang buruk adalah beberapa realitas yang dialami petani. Selain itu, ada juga ketergantungan pemenuhan modal kerja untuk pembelian sarana produksi dari tengkulak atau pemodal. Ini menyebabkan penentuan harga jual rendah yang tidak bisa ditolak oleh petani. Perlu lebih banyak lembaga-lembaga keuangan mikro pedesaan yang memudahkan petani mengakses modal untuk membiayai usaha taninya.
Dalam upaya membangun sektor pertanian sebagai landasan perekonomian dan meningkatkan pendapatan rakyat kecil demi pemerataan hasil pembangunan, pemerintah Indonesia telah melaksanakan program–program perkreditan yang ditujukan kepada petani dan pengusaha kecil sejak Repelita I.
Dimulai dengan kredit Bimas (Bimbingan Massal) pada tahun 1972, muncullah banyak program kredit untuk komoditas lainnya, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kinerja Permanen (KMKP), sampai Kredit Usaha Tani (KUT) pada akhir pemerintahan Orde Baru. Ciri umum kredit program pemerintahan adalah bersuku bunga murah, berjangka waktu cukup lama, memperoleh dana likuiditas dari bank sentral, dan resiko kreditnya ditanggung pemerintah. Karena kebijakan kredit pertanian semacam ini lazim dilaksanakan di negara berkembang selama lebih dari dua dasawarsa, maka sering disebut sebut sebagai program kredit “tradisional” atau “konvensional”.
Sementara itu, di pedesaan sendiri rakyat telah lama memiliki lembaga-lembaga keuangan “lokal” atau “tradisional” yang melayani kebutuan mereka berazaskan swadaya dan pendekatan pasar. Lembaga-lembaga tersebut disebut “lembaga keuangan pedesaan” (LKP) atau yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan sebutan ”lembaga keuangan mikro” (LKM). LKP yang menjadi obyek penelitian ini adalah kelompok swadaya masyarakat (KSM), Badan Kredit Desa (BKD), dan Badan Kredit Kecamatan (BKK). LKP tersebut, selain kurang memperoleh perhatian, juga secara ironis terkena dampak dari kebijakan yang memberikan prioritas kepada program-program kredit murah bersubsidi dan pendirian LKP-LKP baru versi beberapa departemen
1. Rendahnya tingkat pelunasan kredit
2. Rendahnya moralitas di bidang perkreditan aparat pelaksana
3. Rendahnya tingkat mobilisasi dana masyarakat.
Selain adanya hal-hal yang tidak memuaskan pada lembaga keuangan yang melaksanakannya, lembaga keuangan formal juga memiliki kelemahan-kelemahan yang menjadi kendala bagi petani terhadap akses pada lembaga keuangan formal. Hal-hal terseut diantaranya, yaitu :
1. Jangkauan pelayanan kredit atau pembiayaan masih sangat terbatas. Bahkan untuk bank tertentu masih ada yang hanya melayani masyarakat sekitar kota kabupaten atau kota kecamatan
2. Persyaratna atau aplikasi pengajuan kredit masih sangat sukar sehingga tidak semua masyarakat dapat mengakses pinjaman yang disalurkan. Terlebih lagi untuk sector pertanian yang dipandang sangat berisiko, pihak perbankan cenderung lebih berhati-hati lagi
3. Jangka waktu proses pencairan kredit relative lama karena harus ada screening dan checking
4. Biaya transaksi masih dianggap terlalu besar
5. Persyaratan agunan dengan menetapkan barang yang telah memiliki kekuatan hokum formal (sertifikat / BPKB) dirasa masih cukup memberatkan
6. Penilaian terhadap nilai agunan cenderung sangat underestimate sehingga sangat berpengaruh terhadap nilai pinjaman yang diberikan.
Secara garis besar, factor yang sangat menonjol dalm akses petani terhadap badan keuangan formal adalah petani Indonesia yang masih sangat lemah mengakses sumber-sumber permodalan formal, disebabkan lemahnya kepemilikan modal, prosedur yang tidak sederhana dan persayaratan kolateral yang harus dipenuhi oleh petani. Serta pihak perbankan tidak tertarik untuk membiayai sektor pertanian yang dipandang berisiko tinggi, baik karena gangguan alam seperti banjir dan kekeringan, serangan hama dan penyakit tanaman, maupun fluktuasi harga output.
STUDI KASUS
Penyerapan Kredit Pertanian Masih Rendah
Siwi Nurbiajanti | Benny N Joewono | Kamis, 31 Maret 2011 | 21:48 WIB
TEGAL, KOMPAS.com — Penyerapan kredit untuk sektor pertanian di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, Jawa Tengah, masih rendah. Data dari Bank Indonesia Tegal, Kamis (31/3/2011), penyerapan kredit untuk sektor tersebut masih kurang dari 3 persen.
Pada triwulan IV 2010, penyerapan kredit sektor pertanian di wilayah itu sekitar 2,54 persen dari total kredit yang disalurkan bank-bank umum dan BPR. Nilai kredit pertanian pada triwulan IV 2010 sebesar Rp 283 miliar, pada triwulan III sebesar Rp 301 miliar, pada triwulan II sebesar Rp 275 miliar, dan pada triwulan I sebesar Rp 231 miliar.
Kredit yang disalurkan di eks Karesidenan Pekalongan terkonsentrasi pada sektor lainnya (konsumtif), sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Pangsa kredit sektor-sektor tersebut masing-masing sekitar 56,77 persen, 28,19 persen, dan 7,52 persen.
Pimpinan Bank Indonesia Tegal Yoni Depari, di sela-sela Workshop Upaya Stabilisasi Harga dan Peningkatan Produktivitas Pertanian", di kantor BI Tegal, mengatakan, penyerapan kredit pertanian masih rendah karena kredit sektor pertanian dianggap memiliki risiko tinggi. "Hal itu akibat fluktuasi harga pertanian yang tinggi. Jadi, bank tidak berani memberi kredit," katanya.
Padahal, potensi petani sangat besar karena sekitar 60 persen penduduk di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, salah satu upaya mendorong peningkatan penyerapan kredit sektor pertanian dengan menstabilkan harga produk pertanian.
Hal itu, antara lain, melalui pembentukan kluster komoditas pertanian. BI Tegal, lanjutnya, juga akan melakukan survei bagi para petani yang dinilai layak mendapatkan kredit dari bank.
Melalui survei itu akan dibuat database sektor pertanian, nama-nama petani pelaku, dan produk pertanian yang dihasilkan sehingga bisa dijadikan acuan bagi bank dalam menyalurkan kredit.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal Karwadi mengatakan, pemerintah daerah terus mendidik dan membimbing petani dengan teknologi sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas. "Pemkab Tegal juga mendidik petani agar membentuk kluster pertanian. Dengan kluster, pasar terjamin, sehingga bank percaya," ujarnya.
Rintisan kluster pertanian di Kabupaten Tegal dimulai sejak lima tahun lalu, berupa kuster jagung. Saat ini, kluster-kluster pertanian sudah banyak terbentuk di Kabupaten Tegal, antara lain kluster pepaya, nanas, hortikultura (cabai, kubis, dan kentang), serta kluster melati.
PEMBAHASAN KASUS
Kasus yang terjadi di Bank Indonesia di Tegal, dimana pada triwulan IV 2010, penyerapan kredit sektor pertanian di wilayah itu sekitar 2,54 persen dari total kredit yang disalurkan bank-bank umum dan BPR memang begituah pada kenyataannya di lapangan. Nilai kredit pertanian pada triwulan IV 2010 sebesar Rp 283 miliar, pada triwulan III sebesar Rp 301 miliar, pada triwulan II sebesar Rp 275 miliar, dan pada triwulan I sebesar Rp 231 miliar.
Dari data tersebut dapat dilihat penurunan persentase penyerapan kredit sector pertanian dari tiap triwulan ke triwulan. Penurunan dan rendahnya persentase penyerapan kredit sector pertanian ini menurut saya memang tidak akan berbeda jauh dari factor-faktor akses petani terhadap lembaga keuangan formal. Sektor pertanian memang sektor yang beresiko tinggi ditinjau dari hasil produksinya. Maksud beresiko tinggi di sini tak lain karena produk pertanaian di Indonesia yang punishable dan dalam proses budidayanya masih sangat bergantung pada kondisi alam. Contohkan saja pada salah satu produk pertanian, sayur-sayuran. Sayur-sayuran adalah produk pertanian yang mudah rusak. Misalnya saja kol yang dibudidayakan di Lembang dan hendak di distribusikan ke daerah lain di luar Jawa. Dalam perjalanannya, jika tidak tercover dengan baik maka kol bisa mengalami kerusakan dan kerusakan tersebut bias menimbulkan kebusukan. Jika sudah terjadi hal seperi itu, maka tentu saja nilai jualnya akan turun. Hal seperti ini lah yang ditakutkan oleh pihak bank untuk memberikan kredit pertanian.
KESIMPULAN
Sebenarnya, banyak pelajaran telah kita peroleh. Kemajuan negara-negara umumnya sangat ditentukan oleh kemajuan pertaniannya. Kemajuan pertanian bukan hanya diperlihatkan oleh peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing produk-produk pertaniannya semata, tetapi lebih kepada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat petani dan perdesaan, dalam suatu proses transformasi ekonomi yang terjadi secara berkelanjutan apabila pertanian tumbuh menjadi sektor yang kuat dan sehat. Akar dari berkembangnya proses tersebut dicirikan oleh berkembangnya industri-industri berbasis pertanian sebagai landasan kokoh dari perkembangan perekonomian suatu negara maju. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand dapat dijadikan cermin bagi Indonesia.
source
Jurnal Ekonomi Rakyat EDITORIAL (Edisi 2011-01-10) “POLITIK PERTANIAN YANG MENSEJAHTERAKAN PETANI”
“Peran perbankan nasiona dalam pembiayaan sector pertanian di Indonesia” oleh Pusat Analisil Sosial Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Pertanian
Sunday, July 31, 2011
This I Start My Blog
Hollaaaaaa everyone, please let me introduce my self...
My name is Fitri Utami Hasan. you can call me fitri or pitty --> sounds more friendly ;)
What am i doing now? Well, this is my first day in Ramadhan and I start my blog. Mmmm now, i study at Universitas Padjajaran. I passed the exam and now holiday time yaaaaaaaaay :) I'll start my new semester (3rd) on August 15th.
Next I'll write anything I know to share with all of you ;) and wish it will be useful guys. It can be 'bout love , life mmmm teenage life! hahaha. It can be more 'bout agriculture I guess. Cause I'm part of tht.
Last thing I wanna say... mistakes r a part of being human. Appreciate your mistakes for wht they r : precious life lessons tht can only be learned the hard way. Unless it's a fatal mistake, which, at least, others can learn from ;)
XOXO
Subscribe to:
Posts (Atom)